PENDIDIKAN
LUAR SEKOLAH
Pendidikan luar sekolah adalah usaha sadar
yang diarahkan untuk menyiapkanr meningkatkan dan mengembangkan sumber daya
manusia, agar memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan daya saing untuk
merebut peluang yang tumbuh dan berkembang. dengan mengoptimalkan penggunaan
sumber-sumber yang ada di lingkungannya.
Pendidikan luar sekolah adalah satu proses pendidikan yang
sasaran, pendekatan, dan keluarannya berbeda dengan pendidikan sekolah, dan
bukan merupakan pendidikan sekolah yang dilakukan di luar waktu sekolah.
Pendidikan luar sekolah sudah ada sebelum pendidikan persekolahan tumbuh di
bumi ini. Pendidikan luar sekolah dimulai sejak manusia lahir di bumi dan
berakhir setelah manusia masuk liang kubur. Sedangkan pendidikan sekolah
dimulai setelah manusia memenuhi usia tertentu dan diakhiri pada usia tertentu.
Pendidikan luar sekolah bertugas untuk menyiapkan sumber
daya manusia yang memiliki kebisaan yang siap menghadapi perubahan sebagai
akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat yang
dihasilkan oleh manusia-manusia terdidik juga. Sehingga dapat dikatakan bahwa
pendidikan luar sekolah adalah suatu proses pendidikan masyarakat yang lebih
rumit daripada pendidikan sekolah, walaupun kedua sistem ini dapat dan harus
saling mendukung, saling mengisi.
Pendidikan luar sekolah dapat dikatakan sebagai proses
memanusiakan manusia untuk meningkatkan kualitas berpikir, moral dan mental
sehingga mampu memahami, mengungkapkan, membebaskan. dan menyesuaikan dirinya
terhadap realitas yang melingkupinya. Pola pikir ini mewarnai pendekatan
pendidikan luar sekolah yang ada di dalam masyarakat.
Dalam kerangka pengembangan sumber daya manusia yang
berkualitas dan berorientasi masa depan yang akan menjadi pilar utama
pembangunan di berbagai sektor, pendidikan luar sekolah dapat memegang peranan
yang sangat strategis. Pendidikan luar sekolah baik yang dilaksanakan
pemerintah maupun yang dilaksanakan swasta ataupun masyarakat. dalam arti
mereka yang tertarik melakukan pendidikan yang berorientasi masa depan melalui
pendidikan luar sekolah dapat mengambil peran yang lebih nyata di masyarakat.
Empat hal yang menjadi acuan pengembangan pendidikan luar
sekolah (1) memperluas pelayanan kesempatan memperoleh pendidikan bagi
masyarakat yang tidak dibelajarkan pada jalur pendidikan sekolah, (2)
meningkatkan relevansi, keterkaitan dan kesepadanan program-program pendidikan
luar sekolah dengan kebutuhan masyarakat, kebutuhan pembangunan. Kebutuhan
dunia kerja, pengembangan industri dan ekonomi masyarakat dan pengembangan
sumber daya alam; (3) peningkatan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan
luar sekolah; serta (4) meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan
pendidikan luar sekolah.
Empat hal di atas, apabila dicermati, sebenarnya
mengandung arti bahwa pendidikan luar sekolah harus berorientasi ke masa depan.
Untuk mewujudkan kebijakan tersebut pelembagaan pendidikan luar sekolah di
masyarakat menjadi suatu tuntutan yang mendesak untuk dilakukan. Misi ini
dilaksanakan guna membantu percepatan tercapainya individu dan masyarakat yang
cerdas, terampil, disiplin, berdaya saing dan gemar membaca.
Pemberdayaan menjadi acuan dalam melaksanakan berbagai
kegiatan pembangunan untuk mewujudkan masyarakat yang mumpuni. Dengan demikian
masyarakat tidak diposisikan sebagai obyek sasaran layanan pendidikan, tetapi
diposisikan sebagai subyek yang aktif. Masyarakat dilibatkan dalam merancang,
melaksanakan, mengembangkan, melembagakan, membiayai kebutuhan pendidikan yang
diperlukannya, sebagai wujud dari upaya untuk mengaktualisasikan pemberdayaan
masyarakat guna menghasilkan masyarakat yang cerdas, terampil dan mandiri
sebagai prasyarat masyarakat yang mampu menghadapi masa depan.
Peran Pendidikan Luar Sekolah.
Pendidikan luar sekolah sebagai sub sistem dalam sistem
pendidikan nasional Indonesia harus memainkan peran ganda baik mendidik maupun
mengajar. Hal ini sangat sulit dilaksanakan mengingat binaan pendidikan luar
sekolah sangat heterogen baik usia, geografi, ekonomi dan sosial. Untuk dapat
berperan maksimal baik sebagai pengajaran maupun pendidikan diperlukan kesiapan
sikap mental dan pengetahuan yang dalam dan luas di bidang kemasyarakatan. Hal
itu bukan merupakan sesuatu yang mustahil untuk diwujudkan asal ditemukan cara
pengelolaan yang tepat, strategis yang memadai, sumber daya pengelola yang
mumpuni dan kelembagaan yang mapan. Dengan kata lain, hal itu dapat diwujudkan
oleh pendidikan luar sekolah apabila sistem ini ditumbuh-kembangkan dengan
manajemen strategi yang tepat. Pendidikan luar sekolah hanya berfungsi sebagai
pengajaran apabila strategi yang ditempuh hanya ditujukan untuk memintarkan
orang, karena itu perlu adanya pergeseran pola pikir dan pola tindak.
Pada kenyataannya pendidikan luar sekolah tidak hanya
melakukan aspek pengajaran, namun lebih daripada itu. Hal ini dapat dicapai
kalau pemerintah memiliki perhatian yang sama, baik pada pendidikan sekolah
maupun pada pendidikan luar sekolah.
Sayangnya selama ini perhatian pemerintah terhadap
pendidikan luar sekolah masih sedikit. Karena itu pendidikan luar sekolah mampu
memberi kontribusi yang sangat sedikit pada pendidikan nasional.
Apabila para perancang pendidikan menyadari bahwa
pendidikan sekolah belum mampu memberi pelayanan pendidikan dan pengajaran
kepada seluruh warga negara, dan jalur persekolahan masih terus menghasilkan
putus belajar yang jumlahnya cukup besar setiap tahun yang berarti akan terus
terakumulasi, maka kalau tidak ada jalur yang menanganinya, suatu saat
pendidikan nasional akan kewalahan melihat fakta banyaknya orang Indonesia yang
tidak terlayani oleh pendidikan. Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah harus
memperkuat peran pendidikan luar sekolah sehingga mampu memberi pelayanan
Pendidikan bagi mereka yang kurang.
Kendala anak putus sekolah atau tidak bersekolah
kadang-kadang bukan hanya karena faktor ekonomi tetapi juga dihadapkan oleh
kenyataan bahwa setetah selesai sekolah banyak Siswa yang hanya menjadi
penganggur, sehingga orang tua yang mempunyai harapan pada anak-anaknya menjadi
ciut dan memiiih anak langsung ikut kerja daripada sekolah. Di sisi lain faktor
lemahnya ekonomi keluarga memilih peran yang kuat yang menyebabkan orang tua
memilih menyuruh anak untuk mencari nafkah daripada sekolah. Sekolah ternyata
tidak menyiapkan anak untuk menghadapi dan mengatasi kesulitan hidup di
masyarakat. Hal ini sebenarya dapat ditanggulangi melalui pendidikan luar
sekolah. namun kemampuan yang terbatas membuat pendidikan luar sekolah seperti
tidak berdaya dan kinerjanya seperti tidak kelihatan.
Kurangnya perhatian pada jalur pendidikan luar sekolah
terjadi karena beberapa hal. antara lain karena orang-orang yang merancang
strategi pendidikan kurang melihat kenyataan di lapangan bagaimana masalah
putus sekolah terjadi. Tidak mau sekolah dan tidak disuruh sekolah menjadi.
Kendala yang akan sangat mengganggu dalam penyiapan sumber daya manusia yang
handal untuk mendukung pembangunan. Mereka yang merancang pendidikan mungkin
tidak mau tahu dengan keterbelakangan yang dialami oleh mereka yang tidak
terlayani oleh pendidikan sekolah. Mereka masa bodoh dengan kebodohain
sementara mereka sendiri sudah mengenyam pendidikan yang tinggi. Mereka kurang
peduli pada orang yang kurang mampu. Mereka belum melihat bagaimana peran
pendidikan luar sekolah di masyarakat. atau sudah melihat dan mengakui pentingnya
pendidikan luar sekolah tetapi tidak perduli, dan masih banyak alasan lainnya.
Orang banyak berbicara tentang pendidikan alternatif,
dengan mencoba menciptakan pola baru yang lain dari pola sekolah Sebenarnya
tidak perlu capai dan bingung membahas pendidikan altematif karena dua jalur
yang diciptakan pemerimah melalui Undang-undang No 2 tersebut sudah jelas bahwa
tidak perlu ada pemikiran lain tetapi cukup memberdayakan pendidikan luar
sekolah. Pendidikan jenis apapun yang tidak ada pada jalur pendidikan sekolah
dapat dikembangkan pada jalur pendidikan luar sekolah. Bukankah jalur
pendidikan luar sekolah itu tidak harus berjenjang dan dapat dilakukan sesuai
dengan kondisi masyarakat. Jadi bukan mencari pola yang lain tetapi seharusnya
para pemikir atau mereka yang mengatakan dirinya pakar menyumbangkan
pemikirannya untuk memperkuat apa yang sudah ada daripada membuat yang baru
yang belum terpola dan teruji.
Sudah semakin jelas bagaimana pentingnya peran pendidikan
luar sekolah di dalam sistem pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diperlukan sekarang hanyalah kemauan daripara penentu
untuk memberi perhatian kepada mereka yang tidak beruntung pendidikannya.
Umumnya mereka tinggal jauh di pedesaan dan biasanya tingkat kemampuan
ekonominya tergolong cukup memprihatinkan kalau Tidak dapat dikatakan
terabaikan. Pendidikan luar sekolah membelajarkan mereka yang tidak
dibelajarkan oleh sistem persekolahan. Karena itulah pendidikan luar sekolah
bukan diciptakan untuk menyaingi tetapi mendukung sistem persekolahan.
Pendidikan Luar sekolah membuka berbagai jenis dan pola pendidikan dan
pengajaran bagi siapapun yang tidak mendapat kesempatan pada jalur pendidikan
sekolah, serta bagi mereka yang walaupun sudah ikut program persekolahan namun
masih memerlukan tambahan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang tidak
diperoleh pada jalur sekolah.
Arah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah.
Pola pikir yang mengarah pada pendekatan pengutamaan
pelayanan terbaik dalam bidang pendidikan dan pengajaran bagi masyarakat, perlu
ditimbulkan dalam diri setiap perencana dan pelaksana pendidikan Luar sekolah.
Pola pikir yang menentukan ragam program yang harus ada di masyarakat walaupun
bukan diinginkan masyarakat sudah harus ditinggalkan Amat tidak mungkin
seseorang yang tidak pernah tinggal dan hidup dalam suatu lingkungan
masyarakat, akan memutuskan apa yang diinginkan msyarakat tersebut. Oleh karena
itu pendidikan luar sekolah dalam berperan hendaklah mengutamakan peningkatan
kemampuan masyarakat dalam mengenal kekuatan dan potensi yang ada di
lingkungannya dan kemampuan untuk memutuskan apa yang akan dilakukannya.
Pendidikan luar sekolah melalui program yang dikembangkan harus mengarah pada
usaha membuat masyarakat itu mampu untuk melihat potensi, merencanakan kegiatan
dan merumuskan pelaksanaannya.
Sistem kerja yang dianut selama ini kelihatannya belum
mengarah pada usaha pemberian pelayanan yang terbaik bagi masyarakat, tetapi
Iebih menonjolkan pada kekuasaan yang dimiliki oleh para petugas pemerintah di
bidang pendidikan Luar sekolah. Hal ini dengan mudah dapat kita lihat dan pola
perencanaan yang terpusat, pendistribusian dana dan program yang birokratis
serta penjatahan program walau tidak selalu sesuai dengan apa yang diperlukan
oleh suatu lokasi. Akibat dari hal ini warga belajar ikut bukan karena
memerlukan tetapi hanya karena diminta untuk ikut. Pola seperti ini sudah
sangat tidak sesuai dengan tuntutan masyarakat dan kalau ini masih akan
diteruskan maka pendidikan luar sekolah hanya akan mubajir dan tidak bermakna
untuk kehidupan masyarakat. Kalau bukan itu yang diinginkan, maka pola
pendekatannya perlu diubah.
Situasi tersebut akan terus berkembang apabila pendidikan
luar sekolah tidak mengembangkan dan merumuskan visi, misi tujuan dan strategi yang
akan digunakan sebagai acuan dalam berkarya di masyarakat. Selama visi
pendidikan luar sekolab tidak dirasakan menjadi milik semua masyarakat luar
sekolah. maka pola pengembangan program akan tetap mengacu pada keinginan,
kehendak dari si perencana. bukan keinginan dan kehendak masyarakat. Visi yang
jelas dan dihayati serta disepakati untuk dicapai akan membentuk suatu kekuatan
tersendiri. Karena jelasnya arah yang akan ditempuh.
Visi bukanlah sesuatu yang hanya dibuat supaya kelihatan
mengikuti perkembangan. Visi digali dan dikembangkan dari filsafat dasar yang
dianut oleh suatu lembaga yang mengembangkan visi tersebut. Dalam mengembangkan
visinya, pendidikan luar sekolah tentu harus menggali dari kerangka dasar
pendidikan nasional secara menyeluruh. Visi pendidikan luar sekolah tidak
mungkin menyimpang dari induknya, karena pendidikan luar sekolah melaksanakan
sebagian mandat pendidikan nasional. Visi pendidikan luar sekolah harus
dibangun dalam kerangka usaha memperkuat apa yang digariskan di dalam mandat
tersebut.
Misi adalah tugas yang diemban dan harus dilaksanakan
dengan prinsip pokok yang harus dipegang dalam mewujudkan apa yang telah
digariskan di da!am visi. Dengan demikian, misi dijabarkan dari visi dan bukan
serpihan-serpihan tetapi suatu kesatuan yang utuh dan saling terkait yang dapat
menjamin tercapainya hal-hal yang sudah digariskan. Misi menjadi kerangka acuan
dalam melangkah dan bergerak. Untuk membantu para perencana dalam menentukan
kegiatan untuk mewujudkan misi yang telah digariskan, dikembangkanlah apa yang
disebut tujuan.
Suatu organisasi atau lembaga pada umumnya menentukan
tujuan yang ingin dicapai oleh organisasinya setelah mereka berhasil merumuskan
visi dan misi. Oleh karena itu, tujuan adalah penjabaran dari usaha untuk
mewujudkan misi. Tujuan sering dibagi antara tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum biasanya masih bersifat besaran yang belum terukur, namun pada
tujuan khusus sudah jelas apa yang ingin dicapai dan benar-benar terukur. Dalam
arti dapat dilihat, dihitung, karena harus menjadi kerja pada periode tertentu,
sehingga seluruh potensi dikerahkan untuk mencapai hal-ha! yang digariskan di
dalam tujuan khusus itu.
Apabila pola pikir di atas diikuti secara cermat, maka
sebenarnya visi, misi dan tujuan adalah sasaran-sasaran yang akan dicapai oleh
suatu organisasi dengan menggunakan segala daya dan upaya yang dimiliki oleh
organisasi tersebut. Hanya dengan visi, misi dan tujuan yang jelas suatu
organisasi dapat menentukan cara pengelolaan, strategi dan kebijakan yang tepat
dalam kancah perjuangannya. Karena itulah pendidikan luar sekolah harus dengan
jelas merumuskan visi. misi dan tujuannya, agar dapat di tentukan strategi yang
tepat dalam usaha membuktikan keberadaan, kemantapan dan perlunya pendidikan
luar sekolah. Dengan berbuat demikian, maka orang tidak lagi melihat pendidikan
luar sekolah dengan sebelah mata karena tidak jelas apa sasarannya.
Bertitik tolak dari pola pemikiran di atas, maka
pendidikan luar sekolah harus diarahkan untuk mewujudkan usaha mencerdaskan kehidupan
bangsa. Misalnya terwujudnya masyarakat yang cerdas, terampil, mandiri, berdaya
saing dan gemar belajar. Dengan visi ini dapat dijabarkan misi dan tujuan yang
jelas.
Pendidikan Luar Sekolah dan Perwujudannya.
Kalimat yang digunakan dalam menentukan tujuan pendidikan
nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa bukan mencerdaskan bangsa.
Kalimat tersebut membawa konsekuensi dan tuntutan yang sangat luas dan berat
bagi para perencana, pengelola pendidikan dan pengajaran, karena kata-kata
“kehidupan” membawa makna cakupan seluruh aspek kehidupan, tidak cukup hanya
cerdas dalam ilmu tertentu tetapi cerdas juga dalam menerapkan dan
memanfaatkannya dalam kehidupan dan lingkungan sehingga dapat membawa perbaikan
dalam kehidupan pribadi dan bangsa secara keseluruhan.
Sadar atau tidak, para perencana dan pelaksana pendidikan
selama ini lebih menunjukkan warna pengajaran yang mengarah pada pengembangan
intelektual. Dengan kata lain, lebih mengutamakan aspek kognitif yang ternyata
lebih menghasilkan manusia-manusia yang pintar tetapi tidak bijak, tidak tahan
uji dalam manghadapi kesulitan-kcsulitan hidup, tidak mampu melihat peluang
dalam setiap masalah yang dihadapi. Hal ini yang menyebabkan banyak anak didik
gampang frustasi, mencari jalan atas dalam menghadapi persoalan, terjerumus
pada apa yang disebut dengan Narkoba, perkelahian antar remaja, pengrusakan
sarana umum dan lain-lain. Pendidikan harus melihat kembali hakekat yang hakiki
dari pendidikan yaitu pembentukan watak, sikap mental, dan bukan pemintaran
melalui pengajaran. Memang adakalanya dalam proses, kedua sisi ini tidak dapat
dipisahkan, namun apapun alasannya kedua aspek ini harus dapat dibedakan hingga
usaha mewujudkan tujuan pendidikan nasional dapat tercapai.
Pendidikan luar sekolah sebagai salah satu jalur
pendidikan yang ditetapkan oleh pemerintah, seharusnya menerapkan strategi yang
mengutamakan pengajaran, tetapi harus mencari strategi yang menjamin pendidikan
dan pengajaran berjalan seimbang agar dapat menghasilkan sosok sumber daya
manusia yang memiliki intelektual, moral dan emosional yang seimbang.
Pendidikan luar sekolah yang berkiprah di masyarakat dalam
usaha mencerdaskan kehidupan bangsa telah memperkenalkan visi dan misi yang
jelas. Visi yang ingin dijadikan acuan adalah terwujudnya masyarakat yang
cerdas, terampil, mandiri, berdaya saing dan gemar belajar. Visi tersebut
dijabarkan menjadi misi antara lain melaksanakan pendidikan anak dini usia,
pendidikan dasar, pendidikan berkelanjutan dan pendidikan perempuan.
Program-program tersebut untuk aspek pendidikannya kelihatannya belum dirancang
secara sistematis. Hal dengan jelas kelihatan dari cara pembelajaran yang
sering menekankan aspek kognitif, sehingga hasil-hasil yang dicapai hanya aspek
akademis. Kemungkinan besar faktor penyebabnya adalah kurangnya dukungan dan
perhatian pemerintah terhadap jalur yang penting ini.
Apabila kita sadar betapa pentingnya peran pendidikan luar
sekolah dalam menghantarkan bangsa ini untuk menghasilkan manusia-manusia yang
memiliki kecerdasan akademik dan emosional yang diperlukan dalam mengarungi
kehidupan. maka perhatian terhadap jalur ini seharusnya akan semakin bertambah.
Setiap tahun pasti ada anak yang putus sekolah dan setiap
tahun ada anak yang tidak bersekolah serta tidak melanjutkan sekolahnya. Setiap
tahun ada anak yang lulus sekolah menjadi penganggur. Pendidikan jalur sekolah
belum mampu untuk menjawab tantangan dalam dunia pendidikan secara sendiri, dia
memerlukan jalur lain. Sebagai ilustrasi, apabila pada lahun 1999 ada putus
sekolah SLTP 500 000 orang sedangkan yang dapat dibelajarkan melalui jalur
pendidikan luar sekolah hanya 50000 orang maka dalam tempo 5 tahun yang akan
datang akan ada sekitar 3.000 000 orang yang tidak berpendidikan SLTP atau
setara, apakah mereka ini mau dibiarkan. Tentu diperlukan pengkajian kembali
ilustrasi di atas baru satu aspek, bagaimana dengan yang lain. Pertanyaan ini
yang perlu dipikirkan dan dijawab oleh para perencana pendidikan dan
pengajaran, apabila tidak menginginkan sumber daya manusia semakin terpuruk
Tantangan dan Peluang Pendidikan Luar Sekolah
Apabila diperhatikan Peraturan Pemerintah No. 27/90
tentang Pendidikan Prasekolah dan No 73/1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah,
tercermin bahwa pendidikan luar sekolah rnemiliki cakupan bidang tugas yang sangat
luas mulai dari anak dini usia sampai orang dewasa, tanpa ada batas usia. Hal
ini sudah merupakan tantangan sekaligus peluang yang harus diperhatikan dan
dipertimbangkan oleh para perancang dan pemikir yang tertarik pada pendidikan
luar sekolah.
Sasaran
Mengacu pada data yang tersedia (Dit Dikmas 1999} terlihat
jumlah sasaran pendidikan luar sekolah cukup besar dan benar-benar sangat
memerlukan perhatian dari penggagas pendidikan, kalau tidak ingin melihat
sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki akan semakin terpuruk di kemudian hari.
Sasaran dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Masyarakat miskin.
2. Pengangguran, karena PHK bertambah banyak akibat
usaha-usaha yang ditutup.
3. Jumlah penduduk buta huruf, anak tidak sekolah/tidak
terlayani oleh pendidikan dan putus sekolah semakin banyak:
a. Penduduk buta huruf usia 10-44 tahun dan usia 45 tahun
ke atas.
b. Penduduk dini usia (0-6 tahun) yang belum terlayani
program apapun.
c. Anak usia 7-12 tahun yang tidak sekolah, dan putus
sekolah.
Dengan demikian jumlah anak usia sekolah yang masih harus
dilayani kebutuhan belajarnya.
d. Anak usia 13-15 tahun yang tidak pernah sekolah, putus
sekolah, dan lulus tidak melanjutkan.
e. Penduduk usia 16-29 tahun.