BAB
I
(PENDAHULUAN)
A. LatarBelakang
Pendidikan
luar sekolah sebenarnya bukanlah barang baru dalam khasanah budaya dan
peradaban manusia. Pendidikan luar sekolah telah hidup dan menyatu didalam
kehidupan setiap masyarakat jauh sebelum muncul dan memasyarakatnya system
persekolahan. Pendidikan luar sekolah mempunyai bentuk dan pelaksanaan yang
berbeda dengan system yang sudah ada di pendidikan persekolahan. PLS timbul
dari konsep pendidikan seumur hidup dimana kebutuhan akan pendidikan tidak
hanya pada pendidikan formal saja. PLS pelaksanaannya lebih ditekankan kepada
pemberian keahlian dan keterampilan dalam suatu bidang tertentu.
Berbagai
kelemahan system persekolahan dimuntahkan, terutama pada aspek prosedur yang
dinilai kaku, mengeras, serba ketat dan formalitas. Pada intinya, walaupun
system persekolahan masih tetap dipandang penting, pijakan pemikiran sudah
mulai realistis yaitu tidak mengandalkan system persekolahan untuk melayani
aneka ragam kebutuhan pendidikan yang kian hari semakin mekar dan beragam. Pembinaan
dan pengembangan PLS dipandang relevan
untuk bisa saling isi mengisi atau topang menopang dengan system persekolahan,
agar setiap insan bisa menyesuaikan hidupnya sesuai dengan perkembangan zaman.
B. Perumusan Masalah
Berbagai persoalan yang terkait dengan tutor pendidikan keaksaraan dapat diidentifikasi sebagai berikut:
Berbagai persoalan yang terkait dengan tutor pendidikan keaksaraan dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a. Kurangnya dukungan teknis dari para Penilik PLS,
Tenaga Lapangan Dikmas dan Pamong Belajar Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dalam
pelaksanaan proses pembelajaran yang disebabkan oleh kurangnya informasi kepada
penyelenggara kegiatan tentang berbagai kesulitan yang dihadapi oleh Tutor.
b. Belum adanya standar kemampuan tutor yang didasarkan pada kinerja tutor dan kondisi objektif di lapangan.
c. Ada kecendrungan para tutor keaksaraan fungsional kurang mampu mengembangkan keahlian sesuai dengan tingkat pendidikan yang dimiliki.
d. Ada kecenderungan lemahnya kinerja para tutor keaksaraan fungsional karena belum memiliki pengalaman kerja yang memadai.
e. Ada kecenderungan para tutor keaksaraan fungsional kurang memiliki motivasi kerja karena minimnya warga belajar yang mengikuti program pembelajaran.
f. Belum adanya data tentang kebutuhan nyata yang diperlukan untuk menyusun kurikulum program pelatihan tutor.
g. Belum adanya rumusan indikator-indikator yang relevan untuk dijadikan tolok ukur kemampuan tutor.
h. Belum adanya perangkat instrumen evaluasi kemampuan tutor yang disusun atas dasar indikator yang relevan.
b. Belum adanya standar kemampuan tutor yang didasarkan pada kinerja tutor dan kondisi objektif di lapangan.
c. Ada kecendrungan para tutor keaksaraan fungsional kurang mampu mengembangkan keahlian sesuai dengan tingkat pendidikan yang dimiliki.
d. Ada kecenderungan lemahnya kinerja para tutor keaksaraan fungsional karena belum memiliki pengalaman kerja yang memadai.
e. Ada kecenderungan para tutor keaksaraan fungsional kurang memiliki motivasi kerja karena minimnya warga belajar yang mengikuti program pembelajaran.
f. Belum adanya data tentang kebutuhan nyata yang diperlukan untuk menyusun kurikulum program pelatihan tutor.
g. Belum adanya rumusan indikator-indikator yang relevan untuk dijadikan tolok ukur kemampuan tutor.
h. Belum adanya perangkat instrumen evaluasi kemampuan tutor yang disusun atas dasar indikator yang relevan.
C. Manfaat Penulisan
a. Secara teoritis, diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu dan menambah kasanah bagi dunia pendidikan.
b. Secara praktis hasil penelitian ini bermanfaat:
1) Bagi tutor, untuk mengevaluasi terhadap kemampuannya sendiri dan memperbaiki kinerja yang selama ini telah mereka lakukan.
2) Bagi Penilik PLS, sebagai acuan untuk memperbaiki rekruitmen, sistem dukungan terutama dalam pengendalian dan pembinaan terhadap tutor.
3) Bagi Pamong Belajar SKB, sebagai acuan dalam meningkatkan kinerja tutor keaksaraan fungsional.
4) Bagi Subdin PLS Dinas P dan K, sebagai acuan dalam melaksanakan penilaian kemampuan tutor keaksaraan fungsional.
a. Secara teoritis, diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu dan menambah kasanah bagi dunia pendidikan.
b. Secara praktis hasil penelitian ini bermanfaat:
1) Bagi tutor, untuk mengevaluasi terhadap kemampuannya sendiri dan memperbaiki kinerja yang selama ini telah mereka lakukan.
2) Bagi Penilik PLS, sebagai acuan untuk memperbaiki rekruitmen, sistem dukungan terutama dalam pengendalian dan pembinaan terhadap tutor.
3) Bagi Pamong Belajar SKB, sebagai acuan dalam meningkatkan kinerja tutor keaksaraan fungsional.
4) Bagi Subdin PLS Dinas P dan K, sebagai acuan dalam melaksanakan penilaian kemampuan tutor keaksaraan fungsional.
D. Tujuan
Tujuan
kami dalam pembuatan makalah yang berjudul “Peranan Pelatihan Tutor dalam
Meningkatkan Karakteristik Peserta Didik ’’ agar kami lebih memahami dan
memperoleh pengetahuan bagaimana mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan
masyarakat secara moral, intelektual, keterampilan dan juga emosional maupun di
agama dan bagaimana mengembangkan potensi yang dimiliki masyarakat secara
optimal dengan metode serta pemahaman konsep Pendidikan Luar Sekolah yang
berbasis Pendidikan Seumur Hidup dengan melihat bagaimana perkembangan
masyarakat di masa mendatang.
BAB II
A. PENGERTIAN
TUTOR
Tutor adalah seseorang yang membantu atau membimbing
pembelajaran yang bersifat akademik kepada mahasiswa untuk membantu kelancaran
proses belajar mandiri mahasiswa secara perorangan atau kelompok berkaitan
dengan materi ajar.
B. PERANAN TUTOR
MEBENTUK GENERASI
BERAKHLAK MULIA
Tanggungjawab mernbentuk generasi
berakhlak mulia adalah suatu amanat yang perIu dilaksanakan tutor.
Bagaimanapun, tanggungjawab ini adalah sesuatu yang berat untuk dipikul, malah
ada di kalangan tutor menganggapnya suatu beban dalam kerja.
Generasi Berakhlak Mulia di dalam Falsafah Pendidikan matlamat pendidikan negara ke arah mewujudkan generasi berakhlak mulia telah dinyatakan dengan jelas di dalam Falsafah Pendidikan Kebangsaan (FPK) Falsafah Pendidikan Kebangsaan (Akta Pendidikan, 1996, rns. 11) menyebutkan:
Pendidikan di Malaysia adalah suatu usaha berterusan ke arah lebih memperkembangkan potensi individu secara menyeluruh dan bersepadu untuk mewujudkan insan yang seimbang dan harmonis dari segi intelek, rohani, emosi dan jasmani berdasarkan kepercayaan dan kepatuhan kepada Tuhan. Usaha ini adalah bertujuan untuk melahirkan rakyat Malaysia yang berilmu pengetahuan, berketerampilan, berakhlak mulia, bertanggungjawab dan berkeupayaan mencapai kesejahteraan diri serta memberikan sumbangan terhadap keharmonian dan kemakmuran keluarga, masyarakat dan negara.
Frasa “warganegara … berakhlak mulia … ” merupakan salah satu ciri utama yang diberi penekanan di dalam Falsafah Pendidikan Kebangsaan. Kementerian Pendidikan Malaysia (1990) (kini Kementerian Pelajaran Malaysia) dengan jelas menyatakan ciri-ciri akhlak mulia iaitu insan yang mempunyai pengetahuan mengenai nilai-nilai baik dan buruk; mempunyai kesedaran terhadap kesan daripada perbuatan baik dan buruk; yakin terhadap nilai murni; mengamalkan perbuatan yang baik; menghindari perlakuan yang buruk; dan menghayati nilai-nilai mulia yang merangkumi nilai-nilai kerohanian, kemanusiaan, dan kewarganegaraan.
Bagi mencapai cita-cita Falsafah Pendidikan Kebangsaan maka Falsafah Pendidikan Tutor telah dibentuk yang antaranya juga bermatlamat ke arah pembentukan akhlak yang mulia:
Tutor yang berpekerti mulia, berpandangan progresif dan saintifik, bersedia menjunjung aspirasi negara serta menyanjung warisan kebudayaan negara, menjamin perkembangan individu dan memelihara suatu masyarakat yang bersatu padu, demokratik, progresif dan berdisiplin. (Kementerian Pendidikan Malaysia, 2001, ms. 1)
Oleh itu, adalah jelas bahawa Falsafah Pendidikan Kebangsaan bermatlamat ke arah benar-benar memiliki akhlak. Ini bermakna, proses pembentukan akhlak generasi muda negara kita masa kini dan generasi masa depan terpikul di atas bahu tutor.
Akhlak dalam tulisan ini bukan sahaja menyentuh aspek zahir yang melibatkan penampilan luaran seseorang individu, malah aspek batin juga, yang ada kaitannya dengan hubungan dalaman/kerohanian seseorang individu dengan Allah sepertimana dijelaskan dalam definisi-definisi akhlak oleh pakar-pakar akhlak sebelum ini. Oleh itu, perbincangan seterusnya akan menampilkan sebahagian daripada pola-pola penampilan akhlak pelajar yaitu:
1) Penampilan luaran (aspek zahir); dan
2) Penampilan dalaman (aspek batin) mereka dengan Allah.
Penampilan akhlak luaran (penampilan luaran) pelajar masa kini sebenamya semakin parah. Seringkali memaparkan berita-berita mengenai keruntuhan akhlak pelajar, antaranya terlibat dengan gangsterism; pergaduhan melibatkan alatan tajam; dadah/pil ekstasi; ketagihan alkohoI; dan pergaulan bebas di Iuar batasan sehingga kepada kes-kes pelajar yang terlibat dengan pembunuhan di negara ini. Malah, sekarang ini pun salah laku dan juga tindakan ganas yang dilakukan oleh para pelajar masih lagi berleluasa.
Sebenarnya, penampilan akhlak Iuaran yang negatif berpunca daripada akhlak dalaman yang Iangsung tiada hubungan dengan Allah. Apatah lagi, akhlak yang mulia itu sebenarnya berpunca daripada kesucian sifat batin dalaman kerohanian seseorang individu.. Hanya. Oleh kerana itu.Tutor diakui mempunyai pengaruh yang amat besar terutama pada peserta didik. Kajian kualitatif yang dilakukan menunjukkan penampilan Tutor adalah penting dalam membentuk akhlak Peserta didik.
Berikut adalah sebahagian daripada pandangan peserta didik terhadap Tutor mereka:
1) Tutor hendaklah memiliki sahsiah diri yang sempuma;
2) Tutor tidak patut menampakkan walaupun satu keaiban yang ketara;
3) Tutor hendaklah menjadi contoh terbaik pelajar;
4) Dari aspek-aspek akhlak dan sahsiah, pelajar menjadikan tutor agama
sebagai contoh idola role model mereka.
Generasi Berakhlak Mulia di dalam Falsafah Pendidikan matlamat pendidikan negara ke arah mewujudkan generasi berakhlak mulia telah dinyatakan dengan jelas di dalam Falsafah Pendidikan Kebangsaan (FPK) Falsafah Pendidikan Kebangsaan (Akta Pendidikan, 1996, rns. 11) menyebutkan:
Pendidikan di Malaysia adalah suatu usaha berterusan ke arah lebih memperkembangkan potensi individu secara menyeluruh dan bersepadu untuk mewujudkan insan yang seimbang dan harmonis dari segi intelek, rohani, emosi dan jasmani berdasarkan kepercayaan dan kepatuhan kepada Tuhan. Usaha ini adalah bertujuan untuk melahirkan rakyat Malaysia yang berilmu pengetahuan, berketerampilan, berakhlak mulia, bertanggungjawab dan berkeupayaan mencapai kesejahteraan diri serta memberikan sumbangan terhadap keharmonian dan kemakmuran keluarga, masyarakat dan negara.
Frasa “warganegara … berakhlak mulia … ” merupakan salah satu ciri utama yang diberi penekanan di dalam Falsafah Pendidikan Kebangsaan. Kementerian Pendidikan Malaysia (1990) (kini Kementerian Pelajaran Malaysia) dengan jelas menyatakan ciri-ciri akhlak mulia iaitu insan yang mempunyai pengetahuan mengenai nilai-nilai baik dan buruk; mempunyai kesedaran terhadap kesan daripada perbuatan baik dan buruk; yakin terhadap nilai murni; mengamalkan perbuatan yang baik; menghindari perlakuan yang buruk; dan menghayati nilai-nilai mulia yang merangkumi nilai-nilai kerohanian, kemanusiaan, dan kewarganegaraan.
Bagi mencapai cita-cita Falsafah Pendidikan Kebangsaan maka Falsafah Pendidikan Tutor telah dibentuk yang antaranya juga bermatlamat ke arah pembentukan akhlak yang mulia:
Tutor yang berpekerti mulia, berpandangan progresif dan saintifik, bersedia menjunjung aspirasi negara serta menyanjung warisan kebudayaan negara, menjamin perkembangan individu dan memelihara suatu masyarakat yang bersatu padu, demokratik, progresif dan berdisiplin. (Kementerian Pendidikan Malaysia, 2001, ms. 1)
Oleh itu, adalah jelas bahawa Falsafah Pendidikan Kebangsaan bermatlamat ke arah benar-benar memiliki akhlak. Ini bermakna, proses pembentukan akhlak generasi muda negara kita masa kini dan generasi masa depan terpikul di atas bahu tutor.
Akhlak dalam tulisan ini bukan sahaja menyentuh aspek zahir yang melibatkan penampilan luaran seseorang individu, malah aspek batin juga, yang ada kaitannya dengan hubungan dalaman/kerohanian seseorang individu dengan Allah sepertimana dijelaskan dalam definisi-definisi akhlak oleh pakar-pakar akhlak sebelum ini. Oleh itu, perbincangan seterusnya akan menampilkan sebahagian daripada pola-pola penampilan akhlak pelajar yaitu:
1) Penampilan luaran (aspek zahir); dan
2) Penampilan dalaman (aspek batin) mereka dengan Allah.
Penampilan akhlak luaran (penampilan luaran) pelajar masa kini sebenamya semakin parah. Seringkali memaparkan berita-berita mengenai keruntuhan akhlak pelajar, antaranya terlibat dengan gangsterism; pergaduhan melibatkan alatan tajam; dadah/pil ekstasi; ketagihan alkohoI; dan pergaulan bebas di Iuar batasan sehingga kepada kes-kes pelajar yang terlibat dengan pembunuhan di negara ini. Malah, sekarang ini pun salah laku dan juga tindakan ganas yang dilakukan oleh para pelajar masih lagi berleluasa.
Sebenarnya, penampilan akhlak Iuaran yang negatif berpunca daripada akhlak dalaman yang Iangsung tiada hubungan dengan Allah. Apatah lagi, akhlak yang mulia itu sebenarnya berpunca daripada kesucian sifat batin dalaman kerohanian seseorang individu.. Hanya. Oleh kerana itu.Tutor diakui mempunyai pengaruh yang amat besar terutama pada peserta didik. Kajian kualitatif yang dilakukan menunjukkan penampilan Tutor adalah penting dalam membentuk akhlak Peserta didik.
Berikut adalah sebahagian daripada pandangan peserta didik terhadap Tutor mereka:
1) Tutor hendaklah memiliki sahsiah diri yang sempuma;
2) Tutor tidak patut menampakkan walaupun satu keaiban yang ketara;
3) Tutor hendaklah menjadi contoh terbaik pelajar;
4) Dari aspek-aspek akhlak dan sahsiah, pelajar menjadikan tutor agama
sebagai contoh idola role model mereka.
Beberapa aspek peranan tutor boleh
dilihat dalam layanan seorang mentor kepada peserts ddiknya. Kajian ke atas
konsep mentor menunjukkan mentor memiliki status berikut, yaitu sebagai:
1) Seorang yang memiliki status yang agak tinggi dan sedia memberikan bimbingan sepenuhnya;
2) Tokoh pemindah yang berperanan untuk perkembangan seseorang iaitu gabungan peranan ibu bapa dan rakan sebaya;
3) Model contoh dan penasihat kepada peserta didik
1) Seorang yang memiliki status yang agak tinggi dan sedia memberikan bimbingan sepenuhnya;
2) Tokoh pemindah yang berperanan untuk perkembangan seseorang iaitu gabungan peranan ibu bapa dan rakan sebaya;
3) Model contoh dan penasihat kepada peserta didik
4) Bertindak sebagai pembimbing,jurulatih, tutor dan
pendorong pelajar;
5) Bersifat murah hati, ikhlas, penyayang, mengambil berat orang lain, pendengar yang baik dan mencurahkan rasa hati;
6) Bersifat sentiasa menerima dan bertanggungjawab;
7) Berkongsi impian dengan anak didik dan membina persepsi kendiri yang ceria; dan
8) Orang yang sangat berpengaruh terhadap anak didiknya.
5) Bersifat murah hati, ikhlas, penyayang, mengambil berat orang lain, pendengar yang baik dan mencurahkan rasa hati;
6) Bersifat sentiasa menerima dan bertanggungjawab;
7) Berkongsi impian dengan anak didik dan membina persepsi kendiri yang ceria; dan
8) Orang yang sangat berpengaruh terhadap anak didiknya.
Tutor sebagai
perancang
:
1) Tutor harus dapat menggunakan lingkungan
sekitar dalam pembelajaran.
2) Tutor harus menggunakan respon dan
pertanyaan siswa selama proses pembelajaran untuk bahan memperjelas dan
mengembangkan materi pembelajaran.
3) Tutor harus bisa mengatur penggunaan waktu
yang tersedia dalam kegiatan pembelajaran dengan lebih baik lagi agar sesuai
dengan rencana sehingga bisa efektif dan efisien.
4) Tutor harus lebih banyak lagi untuk memberi
motivasi, semangat dan dorongan terutama kepada siswa yang memiliki kemampuan
rendah, pemalu atau penakut, pendiam dan rendah diri.
5) Dalam pembuatan kesimpulan, tutor harus
memberikan dan membiarkan peserta didik belajar membuat kesimpulan sendiri.
Peserta didik disuruh menuliskan kesimpulan sendiri di papan tulis. Tutor hanya
menegaskan dan menyempurnakan.
6) Tutor harus lebih banyak lagi memotivsi,
merangsang peserta didik maupun kelompok-kelompok belajar agar terjadi
komunikasi siswa yang lebih aktif lagi.
7) Mennyusun Rencana Pembelajaran (RP). Pokok
bahasan operasi hitung campuran, materi pengukuran (menggunakan kesetaraan
satuan dalam pemecahan masalah)
8) Menyusun lembar observasi untuk tutor
danpeserta didik .
1. Tutor
Kinerja tutor dalam kegiatan pembelajaran diamati
untuk mengetahui sesuai tidaknya kegiatan yang dilakukan tutor dengan rencana
pembelajaran yang telah disusunnya, permasalahan yang kontekstual, penggunaan
alat media pembelajaran yang tepat dan mudah. Disamping itu apakah tutor
juga sudah memberi kesempatan kepada peserts didik untuk menunjukkan dan
mengembangkan kemampuannya melalui presentasi dan pembuatan simpulan. Pemberian motivasi dan
penguatan kepada peserta didik.apa juga bisa dilaksanakan dengan baik, dan lain
sebagainya.
Tutor
perlu merancang pembelajarannya secara sistematik sebelum memasuki mata
pelajaran. Perancangan pembelajaran yang dibuat oleh tutor perlu menimbangkan
terhadap objektif pelajaran, isi pengajaran, bahan-bahan elajaran dan
pengurusan kemudahan.
Objektif pelajaran haruslah ditentukan semasa membuat perancangan pembelajaran.
Penentuan objektif pelajaran haruslah berdasarkan kepada sasaran sukatan
pelajaran, pengetahuan sedia ada peserta didik dan kebolehan mereka. Objektif
pelajaran biasanya disediakan berdasarkan prinsip bertingkah laku, iaitu
perubahan tingkah laku murid dapat dikesan secara eksplisit selepas aktiviti
pengajaran dan pembelajaran telah selesai dijalankan. Pemilihan isi pelajaran
yang telah dipilih untuk disampaikan hendaklah boleh membantu peserta didik
mencapai objektif pelajaran mereka.
Pemilhan strategi dan kaedah mengajar pua berkait rapat dengan pencapaian
objektif pelajaran. Strategi dan kaedah pengajaran yang sesuai membolehkan
tutor merancang isi pelajaran secara sistematik dan menarik, memastikan peserta
didik mencapai objetif pelajaran yang
dikehendaki.
Aktiviti merancang pengajaran jaga meliputi usaha memilih dan menyediakan
bahan-bahan pelajaran untuk digunakan oleh tutor atau peserta didik. Dengan
adanya bahan-bahan pengajaran ini, aktiviti pengajaran dan pembelajaran akan
menjadi menarik , lebih bermaknadan lebih berkesan.
Kerja merancang pengajaran pula meliputi pengurusan kemudahan. Kemudahan dalam
bentuk yang sesuai dengan strategi dan kaedah mengajar dalam sesuatu pelajaran.
Perlakuan mengajar dalam segala proses perancangan adalah penting dari segi
pencapaian objektif pelajaran yang ditentukan. Sekiranya perancangan tutor
adalah sesuai dan sistemaik, ia akan melicinkan proses dan aktiviti
pengajaran dan pembelajaran yang positif justerunya mencapai objektif pelajaran
yang diharapkan.
MEMBANTU DAN MEMBIMBING PESERTA
DIDIK MENGATASI MASALAH
Peserta
didik sering menghadapi pelbagai masalah sama ada masalah tersebut adalah
berkaitan dengan masalah pembelajaran, sosioemosi serta keluarga. Oleh itu,
selain mengajar , totudr dikehendaki memainkan peranan sebagai pemimpin untuk
membantu murid-murid mangatasi masalah yang mereka hadapi. Misalnya, tutor
boleh membimbing sekumpulan peserta didik melaksanakan sesuatu projek,
membimbing menjalankan aktiviti pemulihan atau aktiviti pengayaan, membimbing
menyelesaikan masalah yang kompleks dan sebagainya.
Bagi peserta didik yang menghadapi masalah sosioemosi, seperti rasa kecewa,
bosan dan sebagainya, guru hendaklah membimbing murid-murid berkenaan supaya
mereka dapat membina sifat keyakinan diri semula dan menyertai aktiviti
pembelajaran secara aktif dengan murid-murid yang lain.
Sekiranya peserta didik menghadapi masalah keluarga, tutor perlu cuba
menasihati dan berbincang dengan peserta didik untuk mencari punca berlakunya
masalah keluarga. Tutor boleh membimbing peserta didik sekiranya peserta didik
tidak mampu menyelesaikan masalah sendiri .Jika masalah adalah serius dan
perjumpaan ibu-bapa perlu dilaksanakan..
Tutor
perlu sentiasa peka dan mengambil berat tentang setiap pergerakan dan tingkah
laku peserta didik. Sekiranya mendapati peserta didik menghadapi masalah ,
tutor perlu sebagai pembimbing , membimbing peserta didik mencari disiplin
bilik darjah tidak wujud seperti tidak menumpu perhatian cara menyelesaikan
masalah secara positif supaya masalah semasa p& p dijalankan, tidur di
dalam kelas, bergaduh dan membuli peserta didik lain dan sebagainya. Ini telah
membuktikan bahawa peranan guru untuk membantu murid menyelesaikan masalah
adalah penting dan perlu dipraktiskan oleh semua tutor supaya proses p& p
dapat dilaksanakan dengan lancar dan berkesan justerunya sasaran dan objektif
pembelajaran dapat dicapai.
MENGEMBANGKAN KEBOLEHAN PESERTA
DIDIK
Dalam
satu kelas, murid-murid mempunyai tahap kebolehan yang berlainan. Secara
umumnya, kebolehan muid dapat dibahagikan kepada tiga kategori, iaitu pintar,
sederhana dan lemah. Maka, guru perlu menyediakan pelbagai aktiviti pengayaan
untuk mencabar pemikiran mental mereka.Ini telah menggalakkan urid-murid secara
aktif dalam pembelajaran. Bagi murid yang lemah dalam matematik, guru perlu
menjalankan aktiviti pemulihan serta memberikan bimbingan matematik yang lebih
banyak kepada mereka. Di samping itu, guru haruslah memberi peluang kepada
murid-murid yang lebih lemah untuk melibatkan diri dalam pengajaran dan
pembelajaran supaya mereka berasa disayang dan akan melibatkan diri secara
aktif semasa pengajaran dijalankan. Tambahan pula, guru boleh menggunakan
teknik atau kaedah menyoal, teknik peneguhan, , serta memberi dorongan kepada
para murid supaya kebolehan dapat dikembangkan. Kebolehan murid mestilah
dikembang dengan seimbang iaitu daripada semua aspek JERIS ( Jasmani, Emosi,
Rohani, Intelek dan sosial).
MEMBIMBING PESERTA DIDIK DALAM
KEPUTUSAN
Tutor mempunyai pengalaman yang lebih
banyak jika dibandingkan denganpeserta didik. Maka tutor perlu membimbing
peserta didik untuk membuat keputusan yang bijaksana dan rasional dalam
pelbagai situasinya dalam kehidupan mereka supaya mereka tidak kehilangan jalan
dalam kehidupan. Peserta didik hanya memberikan cadangan kepada peserta didik
tetapi hak untuk membuat keputusan adalah di tangan peserta didik sendiri.
Tutor perlu memastikan keputusan yang dibuat oleh Peserta didik adalah
berpandukan dengan nilai-nilai moral, agama, terminal dan juga instrumental.
Ini disebabkan nilai-nilai adalah penting dalam memberikan panduan dalam
kehidupan manusia.
TUTOR
TRANSFORMASI PENDIDIKAN
Tutor
sebagai utama dalam memperkasakan dan memajukan bidang pendidikan di negara ini
sememangnya tidak dapat dinafikan lagi.
Fungsi
dan peranan tutor dipandang tinggi dan diiktiraf bukan sahaja sebagai penyampai
ilmu, jurutera sosial, penyubur perpaduan, pencorak minda, pembangun sahsiah
malah sebagai agen perubahan.
Oleh
yang demikian, pemilihan tema hari tutor pada tahun ini iaitu "Tutor
Penjana Transformasi Pendidikan Negara" adalah amat bertepatan sekali.
Ketua
Pengarah Pelajaran, Datuk Abd. Ghafar Mahmud berkata, setinggi-tinggi
penghargaan kepada semua warga tutor atas jasa bakti tidak kenal erti jemu
dalam usaha mendidik peserta didik bangsa yang amat memerlukan ilmu bagi
memajukan diri, agama, bangsa dan negara.
"Tutor bertindak sebagai pencetus dan penggerak
kepada proses transformasi sistem pendidikan negara dalam usaha melahirkan
generasi masa depan yang intelek, berdaya saing, berjati diri kukuh dan
berpegang teguh kepada ajaran agama dan nilai sejagat," katanya ketika
ditemui Utusan Malaysia,
baru-baru ini.
Menurut
beliau, Kementerian Pelajaran telah merencanakan pelbagai dasar, polisi dan
pembaharuan pendidikan bagi memantapkan proses dan pengendalian pembelajaran
dan pengajaran (P&P) di sekolah.
"Kurikulum
Standard Sekolah Rendah (KSSR) yang selepas ini akan diikuti pula oleh
Kurikulum Standard Sekolah Menengah (KSSM) juga tidak akan berjaya tanpa
komitmen dan sokongan jitu para tutor."Peranan tutor juga besar dalam
memastikan kelancaran dan keberkesanan dasar Memartabatkan Bahasa Melayu dan
Memperkukuh Bahasa Inggeris (MBMMBI) dan Satu Murid Satu Sukan (1M1S).
"Semua
dasar dan pembaharuan pendidikan ini tidak akan memberi makna tanpa warga
pendidik sebagai golongan yang berada di barisan hadapan dalam memacu arus pendidikan
agar sentiasa dinamik dan progresif," jelas beliau.
Terang
beliau lagi, Program Transformasi Kerajaan yang merangkumi pelan hala tuju
Malaysia menjelang 2020 yang dilancarkan pada awal tahun lalu menggariskan
beberapa pelan tindakan berkaitan sistem pendidikan negara.
"Sasaran
utama adalah untuk mempertingkatkan pencapaian pelajar dan bidang yang menjadi
tumpuan adalah prasekolah, kemahiran asas literasi dan numerasi, Sekolah
Berprestasi Tinggi (SBT) dan peningkatan prestasi Pengetua ."Namun demikian,
tanpa komitmen dan usaha gigih para tutor, semua peran yang direncanakan pasti
sukar untuk dijayakan dan ia jelas menunjukkan betapa besar peranan para tutor
yang berupaya mencorak dan membentuk generasi masa muka," tambahnya.
Abd.
Ghafar berkata, transformasi dalam pendidikan akan terus berlaku kerana ia
selaras dengan aspirasi negara untuk menjadi negara maju dengan acuan
tersendiri yang mengambil kira kepercayaan, budaya dan nilai setempat yang
terpelihara sekian lama.
"Masyarakat
meletakkan harapan tinggi kepada tutor dan tumpuan sepenuhnya perlu diberikan
terhadap tanggungjawab yang perlu digalas dalam bidang kurikulum, kukurikulum
juga pembinaan sahsiah anak didik."Justru, saya menyeru agar warga
pendidik sentiasa bersedia untuk menyambut sebarang perubahan pendidikan bagi
diterjemahkan semasa proses P&P dalam bilik darjah," ujarnya.
Beliau
menambah, kerajaan telah menyediakan pelbagai insentif dan inisiatif bagi
memastikan kebajikan dan kesejahteraan tutor terjamin."Keprihatinan ini
disalurkan menerusi pelbagai usaha seperti menubuhkan jawatankuasa mengkaji
beban tugas tutor dalam wujudkan jawatan pembantu tutor, menambah baik
infrastruktur sekolah, menyediakan peluang melanjutkan pelajaran dan menambah
kuota pengetua serta tutor cemerlang sehingga peringkat JUSA C," terang
beliau.
Abd.
Ghafar berkata, cadangan penstrukturan semula pemberian Elaun Khas Mengikut
Lokasi dan Tahap Kesusahan bagi para tutor membuktikan bahawa bidang
pendidikan, para tutor dan peserta didik walau di mana saja berada menjadi
keutamaan dalam agenda semasa kerajaan.
"Konsep
pendemokrasian pendidikan sentiasa dipraktiskan oleh pihak kementerian bagi
memastikan peluang mengikuti pendidikan berkualiti dapat dikecapi secara sama
rata di seluruh negara tanpa mengira batas geografi, gender, tahap sosio
ekonomi, bangsa dan fahaman politik," jelasnya.Katanya lagi, pelbagai
inisiatif diambil bagi memastikan tiada golongan yang terpinggir seperti
penyediaan Sekolah pendidikan khas dan kelas integrasi pendidikan khas bagi
kanak-kanak kelainan upaya."Kementerian Pelajaran juga telah mengambil
langkah memperkemas dan menambah baik syarat dan kriteria pengambilan guru
pelatih bagi kursus pra perkhidmatan."Langkah untuk meningkatkan
profesionalisme tutor akan meningkatkan martabat ketutoran untuk terus dihormati, disegani dan dipandang
tinggi oleh masyarakat," terangnya.
Menurut
Abd. Ghafar, usaha memartabatkan profesion keguruan tidak akan mencapai sasaran
jika dirancang dan dilaksanakan pada peringkat kerajaan atau kementerian
sahaja. Katanya, warga pendidik sendiri selaku agen perubahan perlu memainkan
peranan berkesan dengan cara sentiasa meningkatkan tahap profesionalisme
masing-masing. "Tutor janganlah
jemu berusaha untuk menambah baik amalan pengajaran semasa dan sentiasa
berfikiran proaktif, kreatif serta inovatif. "Para tutor juga disarankan supaya mengaplikasi dan
mengamalkan kaedah P&P terkini seiring dengan proses globalisasi agar kekal
relevan dan mampu menarik minat murid-murid untuk menimba ilmu," jelasnya.
PENGAJARAN
DALAM BENTUK PENGETAHUAN
Peranan diartikan sebagai seperangkat tingkah
laku atau tugas yang harus atau dapat dilakukan seseorang pada situasi tertentu
sesuai dengan fungsi dan kedudukannya. Seperangkat tugas yang harus dilakukan
seseorang sesuai dengan kedudukan dan harapan masyarakatnya disebut dengan
peranan yang diharapkan atau ascribed role. Sedangkan seperangkat tugas
dan kewajiban yang dapat dilaksanakan sesuai dengan kondisi yang ada merupakan
peranan yang dapat dicapai atau disebut achieved role.
Secara umum banyak sekali peranan yang mesti
dilakukan tutor dalam melaksanakan tugasnya. Namun peranan tutor yang paling
pokok berhubungan erat dengan tugas dan jabatannya sebagai suatu profesi. Tugas
tutor secara profesional menurut Sutan Zanti Arbi dalam Wahyudin et.al
(2007:9.32) meliputi tugas mendidik, mengajar dan melatih.
Mendidik berarti pemberian bimbingan pada anak
agar potensi yang dimilikinya berkembang seoptimal mungkin dan dapat meneruskan
serta mengembangkan nilai-nilai hidup. Sebab tugas tutor disamping menyampaikan
ilmu pengetahuan, juga mencakup pembentukan nilai-nilai pada diri murid yang
tertuju pada pengembangan seluruh aspek kepribadian murid secara utuh agar
tumbuh menjadi manusia dewasa.
Mengajar berarti memberikan pengajaran dalam
bentuk penyampaian pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan ketrampilan
(psikomotor) pada diri murid agar dapat menguasai dan mengembangkan ilmu dan
teknologi. Tutor sebagai pengajar lebih menekankan pada pelaksanaan tugas
merencanakan, melaksanakan proses belajar-mengajar dan menilai hasilnya. Untuk
melaksanakan tugas ini, tutor disamping harus menguasai materi atau bahan yang
akan diajarkan, juga dituntut untuk memiliki seperangkat pengetahuan dan
ketrampilan teknis mengajar. Sehubungan dengan tanggungjawab profesional, dalam
melaksanakan tugas mengajar ini, tutor dituntut untuk selalu mencari
gagasan-gagasan baru (inovasi), berusaha menyempurnakan pelaksanaan tugas
mengajar, mencobakan bermacam-macam metode dalam mengajar dan mengupayakan
pembuatan serta penggunaan alat peraga dalam mengajar. Gagasan baru (inovasi)
yang dilakukan oleh guru hendaknya bertujuan untuk penyempurnaan kegiatan
belajar-mengajar.
Melatih lebih ditekankan pada tujuan
mengembangkan ketrampilan tertentu agar peserta didik mengalami peningkatan
kemampuan kerja yang memadai.
Cece Wijaya dalam Wahyudin et.al (2007:9.33) juga
menyatakan ada 3 tugas dan tanggung jawab pokok profesi tutor yaitu: tutor
sebagai pengajar, pembimbing dan administrator kelas.
Sebagai pengajar, tutor lebih menekankan pada
tugas dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran. Oleh karena itu,
ia dituntut untuk memiliki seperangkat pengetahuan dan ketrampilan teknik
mengajar, disamping menguasai bahan yang diajarkannya. Sebagai pembimbing,
tutor lebih menekankan pada tugas memberikan bantuan kepada peserts didik agar
dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Sedangkan tugasnya sebagai
administrator kelas, akan memadukan ketatalaksanaan pengajaran dengan
ketatalaksanaan pada umumnya. Namun tugas ketatalaksanaan bidang pengajaran
yang harus lebih diutamakan oleh tutor.
Sehubungan dengan tugas profesionalnya, seorang
tutor paling tidak harus melaksanakan peranan sesuai dengan profil kemampuan
dasar profesional guru dalam proses belajar-mengajar sebagai berikut:
1.Menguasai
bahan pelajaran
2.Mengelola
program belajar-mengajar
3.Mengelola
kelas
4.Menggunakan
media dan sumber
5.Menguasai
landasan-landasan kependidikan
6.Mengelola
interaksi belajar-mengajar
7.Menilai
prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran
8.Mengenal
fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan
9.Mengenal
dan menyelenggarakan administrasi
10.Memahami
prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna
keperluan pengajaran
Redja Mudyahardjo dalam Wahyudin, et.al
(2007:9.34) mengelompokkan jenis kemampuan pokok yang ideal dikuasai guru
profesional ke dalam 3 kelompok, yaitu:
1.Kemampuan membantu siswa belajar secara efisien dan efektif agar mencapai
hasil optimal. Adapun kemampuan itu terdiri atas: (1) Mengelola kegiatan belajar
mengajar dan (2) Melakukan bimbingan siswa.
2.Kemampuan menjadi penghubung kebudayaan dan masyarakat yang aktif kreatif
dan fungsional. Adapun kemampuan ini terdiri dari: (1) Menjadi mediator
kebudayaan baik sebagai pembawa kebudayaan, pemelihara kebudayaan maupun
sebagai pengembang kebudayaan dan (2) Menjadi komunikator sekolah dan
masyarakat.
3.Kemampuan menjadi pendukung pengelolaan program kegiatan sekolah dan
profesi. Adapun dalam hal ini guru dapat melakukan kegiatan sebagai berikut:
(1) Menjadi anggota staf sekolah yang produktif dan (2) Menjadi anggota
administrasi profesional yang produktif.
Idealnya, tingkat kemampuan yang diharapkan
dimiliki guru profesional adalah tingkat kemampuan yang menunjukkan efisiensi
yang tinggi dalam melaksanakan pekerjaannya. Menurut Alen Richard dalam
Wahyudin et .al (2007:9.34) efisiensi profesional
mencakup 5 kemampuan, yaitu:
1.Ketrampilan teknologi yaitu dapat melakukan pekerjaan dengan menggunakan
teknik-teknik kerja ilmiah yang mendekati kesempurnaan.
2.Pengetahuan teknologi yang relevan yaitu dapat menguasai teknik-teknik
kerja ilmiah yang dapat dipergunakan untuk melaksanakan bidang pekerjaannya.
3.Pengetahuan tambahan untuk pengembangan yaitu dapat menguasai pengetahuan
tentang konsep dan metode penelitian dan pengembangan yang dapat dipergunakan
dalam bidang pekerjaannya.
4.Kemampuan mengambil keputusan secara tepat yaitu dapat melaksanakan
kepemimpinan dalam bidang pekerjaannya.
5.Kualitas Moral yaitu teguh terikat pada kode etik jabatannya dalam situasi
bagaimana pun yang dihadapinya.
Mengacu kepada berbagai kemampuan dasar yang
mesti dikuasai oleh tutor profesional tersebut nampak bahwa para tutor dalam
melaksanakan tugasnya dituntut untuk selalu memperbaharui kemampuannya agar
dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi baik didalam
lingkungan kerjanya maupun yang ada di lingkungan sekitarnya.
Setiap perubahan yang terjadi pada suatu aspek
kehidupan akan menimbulkan perubahan pada aspek lainnya pula. Misalnya
perkembangan pada bidang ilmu pengetahuan dan teknologi akan menimbulkan
perubahan dalam bidang lain seperti ekonomi dan bidang sosial budaya. Demikian
pula perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan akan berpengaruh pada tutor
sebagai pemeran utama dalam menentukan keberhasilan pendidikan.
DALAM
PELAKSANAAN INOVASI PENDIDIKAN
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa
perubahan yang terjadi pada salah satu aspek dapat mempengaruhi aspek kehidupan
lainnya. Demikian jugalah perubahan yang terjadi pada aspek pendidikan akan
berpengaruh pada tutor sebagai pemegang peranan utama dalam menentukan
keberhasilan pendidikan. Telah banyak perubahan (inovasi ) yang dilakukan dalam
bidang pendidikan seperti: 1) Penggunaan analisis dan pendekatan sistem dalam
perencanaan pendidikan dan pengajaran di Indonesia yang melahirkan produk
berupa Sistem Perencanaan, Pemrograman dan Penganggaran Pendidikan (SP4), 2)
Proyek Pendidikan Anak Oleh Masyarakat dan Orang tua (PAMONG), 3) Pengembangan
SD kecil, 4) CBSA, 5) Program Kejar Paket A, B dan C, 6) SMP dan
Universitas Terbuka, 7) Proyek Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar (PEQIP=Primary
Education Quality Improvement Project) dan lain sebagainya.
Dalam berbagai inovasi yang telah disebutkan
dalam contoh diatas dan diterapkan di negara kita tentulah semuanya melibatkan
guru sebagai ujung tombak dalam dunia pendidikan. Adapun peran serta dan
keterlibatan guru dalam setiap inovasi pendidikan yang ada di Indonesia terdiri
atas:
1.Tutor Bersikap Terbuka dan Peka Terhadap Perubahan (Inovasi)
Kegiatan pendidikan sebagai usaha sadar
senantiasa terkait dengan tuntutan dan perkembangan jaman, dan tidak bisa
melepaskan diri dari tuntutan aspirasi pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, tutor harus senantiasa
bersikap terbuka terhadap berbagai aspirasi atau kritikan yang muncul dari
manapun datangnya. Tutor dituntut untuk selalu siap mendiskusikan apapun
bentuknya baik dengan rekan sejawat, dengan murid, orang tua murid atau dengan
masyarakat sekitarnya yang peduli terhadap kemajuan. Seorang tutor yang terbuka
senantiasa dapat menampung aspirasi dari berbagai pihak, sehingga dapat menjadi
agen perubahan dan tutor menjadi pendukung utamanya. Dengan sikap seperti itu
akan mendorong para tutor untuk terus menerus berusaha memperbaiki kinerjanya
guna menciptakan suasana kehidupan yang demokratis di sekolah baik dalam proses
belajar-mengajar maupun dalam lingkup yang lebih luas lagi. Suasana yang
demokratis dalam proses pembelajaran akan menumbuhkan sikap demokratis pula
dalam diri siswa, bersikap tidak menutupi kesalahan, terus terang dan siap
menerima kritik untuk kemajuan hidupnya dimasa yang akan datang. Di samping
itu, sikap terbuka yang dimiliki tutor juga akan mendorong untuk selalu
berusaha mencari dan menemukan alternatif yang terbaik untuk pemecahan masalah
yang dihadapi sehingga akan tumbuh suasana yang kondusif guna meningkatkan mutu
pendidikannya.
Dalam menghadapi dan menjawab tantangan zaman
akibat perkembangan yang pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,
tutor dituntut pula untuk peka terhadap berbagai bentuk perubahan baik yang
berlangsung maupun yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Sikap ini penting
dimiliki para tutor dan tenaga kependidikan lainnya agar suasana kehidupan
tidak selalu bersifat rutin, merasa puas dengan sarana dan fasilitas yang ada
serta metode dan teknik pembelajaran yang lama, tetapi selalu berusaha
menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi. Untuk itu kemampuan
melakukan penelitian guna memecahkan masalah yang dihadapi penting serta harus
dikuasai dan dimiliki oleh guru, meskipun dalam kadar yang masih sederhana.
2.Tutor Sebagai Agen Pembaharuan Dalam Inovasi Pendidikan
Inovasi pendidikan dilakukan guna memecahkan
masalah yang dihadapi, agar dapat memperbaiki mutu pendidikan secara efektif
dan efisien. Salah satu bentuk peran serta yang dapat dilakukan tutor terhadap
inovasi adalah sebagai agen pembaharuan. Rogers et.al (1983:312) menjelaskan
pengertian agen pembaharuan sebagai berikut: “A change agent is an individual
who influences clients, innovation decisions in a direction deemed desirable by
a change agency”. Seorang agen pembaharuan adalah seseorang yang
mempengaruhi keputusan inovasi para klien (sasaran) kearah yang diharapkan oleh
lembaga pembaharu. Dengan demikian, seorang agen pembaharu berperan sebagai
penghubung antara lembaga pembaharuan dengan sasarannya. Dalam hal ini agen
pembaharu berperan sebagai pemberi kemudahan bagi lancarnya arus inovasi dari
lembaga pembaharu kepada sasaran yang dikenai pembaharuan. Ia menyampaikan
pesan-pesan inovasi dari lembaga pembaharuan kepada sasarannya. Disamping itu,
ia pun menerima umpan balik dari klien untuk disampaikan kepada lembaga
pembaharu, sehingga agen pembaharu dapat melakukan penyesuaian-penyesuaian dan
perbaikan sesuai dengan kebutuhan para kliennya.
Tutor sebagai agen pembaharuan dalam inovasi
pendidikan dapat melakukan peranan sebagaimana dikemukakan oleh Nyoman Sucipta,
(1982:23) sebagai berikut:
1.pemberi informasi
2.mempercepat terjadinya difusi inovasi
3.sebagai komunikator antar subsistem dalam masyarakat dan
4.berusaha mengaitkan sistem yang satu dengan sistem yang lain
Sesuai dengan tahapan inovasi dari sudut pencipta
atau agen pembaharu, maka dalam inovasi pendidikan, peranan tutor dapat dimulai
dari tahap-tahap sebagai berikut:
1.Invention (penemuan), meliputi penemuan/penciptaan hal-hal baru dalam
aspek tertentu dalam pendidikan. Tahap ini tentunya diawali dengan pengenalan
masalah, penelitian dan perumusan masalah secara lebih tajam. Misalnya
bagaimana mengatasi anak yang mengalami kesulitan dalam pelajaran listening
Bahasa Inggris.
2.Development (pengembangan), meliputi saran alternatif pemecahan masalah,
percobaan dan penelitian, percobaan kembali, penilaian dan seterusnya. Misalnya
setelah dicoba dan diteliti berkal-kali ternyata metode pengajaran listening
melalui akuisisi yang lebih efektif digunakan dalam membantu siswa memahami
listening Bahasa Inggris.
3.Diffusion (penyebaran), mencakup penyebaran ide-ide baru kepada sasaran
penerimanya. Misalnya Setelah terbukti efektif, metode akuisisi dalam
pengajaran listening disebarkan kepada masyarakat luas.
Mengacu pada peran serta tutor sebagai agen
pembaharuan dalam inovasi pendidikan, terlihat bahwa kemampuan pokok yang perlu
dimiliki guru adalah kemampuan melakukan penelitian dalam bidang pendidikan.
Dalam upaya meningkatkan dan memperbaiki mutu praktek proses pembelajaran.
belakangan ini, Ditjen Dikti Depdiknas melalui proyek pendidikan tenaga
akademik telah mengembangkan penelitian tindakan kelas (classroom action
research) yang dapat dilakukan oleh guru yang merencanakan dan melaksanakan
praktek pembelajaran.Dalam pelaksanaannya penelitian tindakan kelas (PTK) dapat
dilakukan oleh tutor sendiri, atau bekerja sama dengan pihak lain, misalnya
bekerjasama dengan dosen di perguruan tinggi. Fokus persoalan penelitian ini
bertitik tolak dari masalah praktek pembelajaran yang dilaksanakan tudi tutor,
serta pada tindakan-tindakan alternatif yang direncanakan oleh tutor, kemudian
dicobakan dan dievaluasi apakah tindakan alternatif itu dapat digunakan untuk
memecahkan masalah pembelajaran yang sedang dihadapi.
Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk
peningkatan atau perbaikan praktek pembelajaran yang seharusnya dilakukan oleh
tutor. Disamping itu, penelitian tindakan kelas banyak memberi manfaat bagi
tutor, salah satunya adalah terlaksananya inovasi pembelajaran oleh tutor di
tempat kerjanya atau di kelasnya.
Dalam inovasi pembelajaran tutor dituntut selalu
mencoba untuk mengubah, mengembangkan dan meningkatkan gaya mengajarnya, agar
ia mampu melahirkan model mengajar yang sesuai dengan tuntutan. Dari tahun ke
tahun tutor selalu berhadapan dengan siswa yang berlainan. Oleh karena itu,
apabila tutor melaksanakan penelitian tindakan kelas pada kelasnya sendiri, dan
bertolak dari masalahnya sendiri, kemudian ia menemukan solusi untuk
mengatasinya, ia secara tidak langsung telah berperan serta dalam inovasi
pembelajaran yang bertolak dari permasalahan yang dihadapi dalam kelasnya.
Inovasi yang demikian jauh akan lebih efektif dibandingkan dengan bentuk
penataran-penataran untuk tujuan serupa. Penataran sendiri belum tentu sesuai
dengan kebutuhan tutor dalam mengatasi persoalan pembelajaran.
3.Tutor Sebagai Adopter (Penerima) Inovasi Pendidikan
Peran serta tutor berikutnya dalam menghadapi atau merespon berbagai inovasi
pendidikan yang dilakukan adalah sebagai adopter atau penerima inovasi. Tutor
sebagai adopter inovasi pendidikan, tidak akan jauh berbeda dengan peran
adopter pada bidang lainnya. Menurut Rogers (1983:247) terdapat 5 kategori
adopter dalam menerima suatu inovasi, yaitu : (1) Inovator,
(2) Pelopor, (3) Pengikut Awal, (4) Pengikut Akhir, (5) Lagard / Kolot.
Sesuai dengan pendapat Rogers tersebut, guru
sebagai inovator dalam bidang pendidikan akan memiliki ciri dan sifat gemar
sekali meneliti dan mencoba setiap kali ada gagasan baru dalam pendidikan.
Kegemaran seperti itu mendorong guru untuk mencari informasi lebih banyak
tentang ide baru, mengadakan hubungan dengan orang lain diluar sistemnya, serta
membuatnya menjadi pemberani sekalipun harus menghadapi resiko besar.
Tutor yang berperan sebagai pelopor lebih
berorientasi kedalam sistem, biasanya memiliki ciri dan sifat yang suka
meneliti terlebih dahulu terhadap suatu ide baru sebelum ia berkeputusan untuk
menggunakannya. Kelompok adopter ini sering kali terdiri atas para pemuka
pendapat. Anggota sistem lainnya yang termasuk calon adopter biasanya mencari
si pelopor untuk meminta nasihat dan keterangan mengenai inovasi. Disamping itu,
kelompok adopter ini suka dicari oleh agen pembaharu untuk dijadikan teman
pendamping dalam mempercepat adopsi atau penyebaran inovasi dalam bidang
pendidikan. Para tutor yang tergolong dalam kelompok adopter biasanya dijadikan
teladan karena merupakan lambang keberhasilan dan kehati-hatian dalam menerima
dan menggunakan ide-ide baru.
Adopter berikutnya dalam menerima inovasi adalah
pengikut awal (dini). Biasanya mereka yang tergolong pada pengikut awal
menerima ide-ide baru hanya beberapa saat setelah anggota-anggota sistem sosial
lainnya menerima ide baru. Mereka bukan yang pertama juga bukan yang terakhir
dalam menerima inovasi. Mereka memiliki banyak pertimbangan dalam menerima dan
mengadopsi inovasi.
Kelompok adopter selanjutnya dalam menerima
inovasi adalah pengikut akhir. Biasanya golongan pengikut akhir ini baru
menerima gagasan pembaharuan setelah pada umumnya para anggota sistem sosial
lain menerimanya. Keputusan menerima inovasi itu mungkin karena
kepentingan ekonomi, atau karena adanya tekanan sosial. Setiap ada inovasi
mereka selalu bersikap ragu (skeptis) dan hati-hati sekali. Kelompok ini
biasanya baru menerima inovasi apabila sebagian anggota masyarakat telah
menerimanya.
Terakhir adalah kelompok adopter lagard
(kolot/tradisional). Yang tergolong pada kelompok lagard adalah orang-orang
yang terakhir menerima suatu gagasan baru. Mereka ini memiliki pandangan dan
wawasan yang paling sempit diantara semua kelompok adopter. Referensi mereka
adalah masa lalu, sehingga keputusan yang diambilnya dikaitkan dengan apa yang
telah dilakukan oleh generasi lalu. Ketidaklancaran dalam menerima inovasi
adalah karena mereka itu tidak memahami ide-ide baru itu. Ketika akhirnya
mereka menerima inovasi, dia sudah jauh tertinggal oleh teman-temannya yang
sudah lebih dahulu menerima.
Tutor adalah merupakan
seorang insan yang sentiasa diperhatikan oleh seluruh ahli masyarakat. Setiap
tingkah laku, gerak geri dan aktiviti yang dilakukan akan dinilai oleh semua
orang, terutamanya anak didik di sekolah masing-masing.Tugas tutor bukan
sekadar menyampaikan ilmu pengetahuan semata-mata, malahan tingkah laku dan
amalan baik mereka akan sentiasa menjadi ikutan dan rujukan oleh semua pihak.
Walau pun penghormatan terhadap tutor pada suatu masa dahulu adalah begitu
dimuliakan oleh ahli masyarakat, namun masa kini masih lagi masyarakat
menyanjung guru.
Tutor menjadi ibu bapa
'sementara' kepada murid semasa mereka berada di sekolah.Sekiranya amalan,
perbuatan dan tingkah laku baik mereka disaksikan olehpeserta didik , maka akan
menjadi ikutan dan dihormati. Sekiranya tutor berpakaian yang sopan dan sesuai,
bertutur dengan sopan, maka murid akan meniru contoh amalan yang baik ini. Maka
wajarlah tutor itu dikatakan sekiranya mereka memilih mengerjakan yang terbaik
dan mengajak kepada kebaikan melalui teladan.
Orang yang melakukan
sesuatu kebaikan akan memperolehi pahala yang sama dengan orang yang
mengikutinya. Oleh itu sekiranya contoh teladan yang baik dan menepati kehendak
Islam itu diikuti secara berterusan oleh orang lain.
C.
KARAKTERISTIK TUTOR
Tutor terutama harus menunjukkan sikap
entusias dalam melaksanakan tugasnya.
Entusiasme bersifat menular dan menyebabkan peserta juga bersemangat
dalam mengikuti tutorial dan akan menimbulkan motivasi pada peserta.
Beberapa
karakteristik tutor yang baik dirinci sebagai berikut :
Karakteristik pribadi tutor :
a)
Sabar
b)
Rendah
hati
c)
Bersahabat
d)
Ramah,
empati
e)
Sensitif
dan responsive
f)
Fleksibelg
g)
Tepat
waktu
h)
Bertanggung jawab
i)
Kritis
Selalu ingin belajar
karakteristik
tutor yang efektif :
1.
pengetahuan
tutor harus memiliki :
-
Pemahaman
tentang tujuan program pembelajaran secara menyeluruh.
-
Pemahaman
tentang tujuan dan logistic setiap komponen program secara spesifik yang
berkaitan dengan tugasnya sebagai tutor.
-
Pengetahuan
tentang berbagai peran edukasional dan kemampuan menggunakannya secara tepat.
-
Pengetahuan
tentang manfaat berbagai sumber belajar dan kegiatan pendidikan.
-
Pengetahuan
tentang dasar metode evaluasi.
-
Pengetahuan
tentang langkah – langkah yang diperlukan untuk mempromosikan student-centerd
learning, problem-solving, dan critical thinking kepada para mahasiswa.
-
Pengetahuan
tentang rasional dan teknik self-directed learning.
-
Pemahaman
tentang mekanisme dinamika kelompok dan mekanisme peer feed back.
2.
Sifat
– sifat pribadi
a. Tutor
harus dapat menunjukkan penerimaannya terhadap :
- Pendekatan belajar berdasar masalah yang
bersumber pada student-centerd learning merupakan metode yang efektif untuk
mencari dan memperoleh informasi dan untuk mengembangkan kemampuan berpikir
secara kritis.
- Pendekatan self-directed learning, antara
lain mahasiswa bertanggung jawab terhadap pendidikannya.
- Tutorial dalam kelompok kecil sebagai suatu
forum untuk mengintegrasikan, mengarahkan dan memperoleh umpan balik.
b. Tutor
harus memenuhi tanggung jawabnya dengan cara :
- Hadir dalam orientasi / pelatihan
/lokakarya dan pertemuan tutor lainnya.
- Menyiapkan agenda pribadi selama masa
pelaksanaan tutorial.
- Siap untuk menerima mahasiswa yang
menginginkan pertemuan individual.
- Membantu koordinator program dengan
memastikan terlaksananya evaluasi mahasiswa, berkomunikasi dengan panittia
pengembangan kurikulum, atau saran untuk perbaikan program.
- Mengkoordinasi aktivitas evaluasi mahasiswa
selama masa pelaksanaan tutorial.
3.
Keterampilan
setiap tutor diharapkan memiliki keterampilan sebagai berikut :
a. Keterampilan
member fasilitas :
- Mengajukan pertanyaan yang tidak
mengarahkan, merangsang pertanyaan, bila perlu menantang mahasiswa dengan
pertanyaan tertentu.
- Mengarahkan tentang konsekuensi kesimpulan
yang dibuat mahasiswa, tidak setuju terhadap pandangan mahasiswa, dan bila
perlu member kata kunci.
- Menunjukkan adanya informasi tambahan yang
diperlukan.
- Mengarahkan mahasiswa kepada sumber belajar
yang diperlukan.
- Mencegah terjadinya kuliah mini selama
tutorial berlangsung.
b. Keterampilan mengenalkan problem solving dan
berpikir secara kritis kepada kelompok, dengan cara membantu mahasiswa :
- Mencermati rentang fenomena, dari aspek
yang terkecil sampai dengan yang terbesar, misalnya dari tingkat molecular
sampai dengan komunitas.
- Menilai atau mengkritisi bukti yang
menguatkan hipotesis.
- Menetapkan isu dan sintesis informasi.
c. Keterampilan mengenalkan fungsi kelompok
efesien, dengan cara :
- Membantu kelompok untuk menyusun tujuan
awal dan rencana tutorial yang mungkin perlu modifikasi di kemudian hari
termasuk rencana kerja organisasi dan rencana evaluasi.
- Mengerti masalah yang ada didalam tutorial
dan membantu kelompok untuk mengenalnya secara tepat.
- Membuat mahasiswa sadar terhadap keperluan
pemantauan kemajuan kelompok.
- Menjadi model untuk menunjukkan cara yang
produktif dalam memberi umpan balik.
4.
Keterampilan
mengenalkan belajar secara individual dengan cara :
- Membantu mahasiswa untuk mengembangkan
rencana studi, dengan mempertimbangkan tujuan mahasiswa dan program.
- Membantu mahasiswa untuk memperbaiki metode
studi termasuk pencarian sumber belajar yang sesuai.
5.
Keterampilan
dalam evaluasi mahasiswa dan mengkoordinasi evaluasi mahasiswa :
- Meninjau dan mengklarifikasi tujuan program
bersama kelompok tutorial.
- Membantu mahasiswa untuk menetapkan tujuan
pribadi.
- Membantu mahasiswa untuk memilih metode
evaluasi diri yang sesuai.
- Meninjau hasil pembelajaran dan memastikan
bahwa para mahasiswa telah memperoleh umpan balik.
- Menyiapkan laporan evaluasi terhadap
kemajuan individual mahasiswa, termasuk komentar apakah mahasiswa telah atau
belum menyelesaikan tujuan program.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi
dan kinerja tutor. Seorang tutor yang memiliki motivasi tinggi dalam
menjalankan tugas sudah barang tentu akan menunjukkan kinerja yang tinggi pula.
Demikian juga sebaliknya, tutor yang memiliki motivasi yang rendah maka
kinerjanya dapat dipasikan juga rendah. Upaya meningkatkan motivasi dapat
dilakukan dengan meningkatkan faktor financial incentive, faktor non financial,
faktor social incentive, tanggung jawab dalam menyelesaikan masalah, dan daya
tahan terhadap tekanan. Faktor financial incentive yang meliputi upah atau gaji
yang pantas diterima tutor serta jaminan kesehatan dan jaminan hari tua.
Faktor non financial yang meliputi keadaan pekerjaan yang memuaskan pada tempat bekerja, sikap pimpinan terhadap karyawan. Faktor social incentive yang meliputi sikap dan tingkah laku anggota organisasi lain terhadap para tutor. Tanggung jawab dalam menyelesaikan masalah yaitu kesediaan tutor untuk menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya. Daya tahan terhadap tekanan yaitu kemampuan tutor dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi, agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya guna melangsungkan aktivitas/pekerjaan.
Untuk meningkatkan kinerja tutor dapat dilakukan dengan meningkatkan kemampuan tutor dalam: (1) membantu, membimbing, melatih serta memotivasi warga belajar agar dapat membaca menulis dan berhitung, (2) membantu membuat bahan bacaan dalam bentuk bahasa ibu/daerah untuk memulai proses membaca, (3) membantu mencari bahan calistung dari kehidupan sehari-hari, (4) membantu menganalisa masalah dan potensi di desa, (5) membantu menulis bahan bacaan sendiri, (6) membantu menggunakan alat bantu berhitung modern, (7) membuat rencana pembelajaran berdasarkan kebutuhan dan minat warga belajar, (8) menilai kemajuan belajar membantu mereka menulis laporan, (9) membantu menyiapkan, mengelola kegiatan belajar mandiri, (10) membantu menulis proposal/usulan untuk memperoleh dana belajar, dan (11) membantu memperoleh nara sumber dan dana dari instansi/lembaga lokal.
Faktor non financial yang meliputi keadaan pekerjaan yang memuaskan pada tempat bekerja, sikap pimpinan terhadap karyawan. Faktor social incentive yang meliputi sikap dan tingkah laku anggota organisasi lain terhadap para tutor. Tanggung jawab dalam menyelesaikan masalah yaitu kesediaan tutor untuk menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya. Daya tahan terhadap tekanan yaitu kemampuan tutor dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi, agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya guna melangsungkan aktivitas/pekerjaan.
Untuk meningkatkan kinerja tutor dapat dilakukan dengan meningkatkan kemampuan tutor dalam: (1) membantu, membimbing, melatih serta memotivasi warga belajar agar dapat membaca menulis dan berhitung, (2) membantu membuat bahan bacaan dalam bentuk bahasa ibu/daerah untuk memulai proses membaca, (3) membantu mencari bahan calistung dari kehidupan sehari-hari, (4) membantu menganalisa masalah dan potensi di desa, (5) membantu menulis bahan bacaan sendiri, (6) membantu menggunakan alat bantu berhitung modern, (7) membuat rencana pembelajaran berdasarkan kebutuhan dan minat warga belajar, (8) menilai kemajuan belajar membantu mereka menulis laporan, (9) membantu menyiapkan, mengelola kegiatan belajar mandiri, (10) membantu menulis proposal/usulan untuk memperoleh dana belajar, dan (11) membantu memperoleh nara sumber dan dana dari instansi/lembaga lokal.
B.
DAFTAR
PUSTAKA
Depdikbud. 1998. Buku Pedoman Tutor Keaksaraan Fungsional. Jakarta : Direktorat Pendidikan Masyarakat.
Dikmas. 1999. Pedoman Pelatihan Tutor Keaksaraan Fungsional. Jakarta: Direktorat Pendidikan Masyarakat.
Dixon, Joan. 1999. Evaluation of the Functional Literacy Field Tes 1997-1998, Action Report. Jakarta : Direktorat Dikmas.
Hasibuan, Melayu S.P. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta; CV. Haji mas Agung.
Irawan, Prasetya. 1997. Teori Belajar, Motivasi, dan Keterampilan Mengajar. Jakarta: Depdiknas.
King, Patricia. 1993. Performance Planning & Appraisal, A How-To Book for Manager. New York: McGraw-Hill Book Company.
Mc.Cleland. 1973. Memacu Masyarakat Berprestasi. Terjemahan oleh Siswo Suyan-to (1987). Jakarta: CV Intermedia.
McNergney, R.F. & Carrier, C.A. 1981. Teacher Development. New York: McMillan Publishing Company.
Nadler, L. 1982. Designing Training Programs: The Critical Event Model. Califor-nia: Addison-Wesley Publishing Company, Inc.
Depdikbud. 1998. Buku Pedoman Tutor Keaksaraan Fungsional. Jakarta : Direktorat Pendidikan Masyarakat.
Dikmas. 1999. Pedoman Pelatihan Tutor Keaksaraan Fungsional. Jakarta: Direktorat Pendidikan Masyarakat.
Dixon, Joan. 1999. Evaluation of the Functional Literacy Field Tes 1997-1998, Action Report. Jakarta : Direktorat Dikmas.
Hasibuan, Melayu S.P. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta; CV. Haji mas Agung.
Irawan, Prasetya. 1997. Teori Belajar, Motivasi, dan Keterampilan Mengajar. Jakarta: Depdiknas.
King, Patricia. 1993. Performance Planning & Appraisal, A How-To Book for Manager. New York: McGraw-Hill Book Company.
Mc.Cleland. 1973. Memacu Masyarakat Berprestasi. Terjemahan oleh Siswo Suyan-to (1987). Jakarta: CV Intermedia.
McNergney, R.F. & Carrier, C.A. 1981. Teacher Development. New York: McMillan Publishing Company.
Nadler, L. 1982. Designing Training Programs: The Critical Event Model. Califor-nia: Addison-Wesley Publishing Company, Inc.